TendaBesar.Id - Riau - Sejatinya Hari kelulusan, hari bahagia atau wisuda usai menyelesaikan perjalanan panjang penuh pengorbanan selama menempuh pendidikan merupakan hari yang dinantikan dan dirayakan dengan kebahagiaan penuh keceriaan.
Namun tidak di pagi itu, malah suasana sedih, pilu, dan derai tangis menggema di ruang gedung itu menyelimuti prosesi para wisudawan di hari bahagianya saat diwisuda di Universitas Lancang Kuning (Unilak) Kota Pekanbaru, Riau. Baik para wisudawan, rektor maupun senat, tak dapat menahan air mata yang mengalir spontan dari kelopak mata mereka.
Hal itu diakibatkan oleh seorang wanita yang datng ke tempat wisuda dengan langkah gontai namun tetap berusaha tegar berdiri di barisan para wisudawan saat akan menghadap rektor. Wanita itu menggantikan posisi keponakannya yang meninggal dunia, tepat beberapa waktu sebelum kegiatan wisuda dilaksanakan. Mahasiswa yatim piatu itu dikabarkan meninggal pascai tiga hari mengikuti ujian skripsi.
Tak ayal, seluruh wisudawan yang mengetahui hal tersebut pun diselimuti perasaan pilu. Terlebih tatkala wanita berhijab itu dipanggil kedepan oleh Rektor Unilak, Dr Junaidi.
Wanita paruh baya itu dipanggil di urutan pertama dari ratusan wisudawan yang mengikuti pegelaran hari akbar mahasiswa itu.
Beberapa kali mengusap air mata, wanita itu akhirnya tiba tepat di depan anggota senat. Momen sedih itu juga disaksikan wisudawan Universitas Lancang Kuning Ke-64 itu dan seketika mereka pun ikut larut dalam tangis.
"Pendidikan adalah perjuangan dan Agung telah memperlihatkan semangatnya dalam meraih gelar sarjana," kata Junaidi di sela menyambut wanita bernama Mujiati itu di acara wisuda, Kamis (31/3/2022).
Mujiati adalah bibi dari mahasiswa bernama Agung Krish Mandala mahasiswa dari Fakultas Kehutanan yang wafat 3 hari setelah ujian skripsi atau 10 Januari 2022 lalu.
Ibu dan ayah Agung juga telah lama meninggal dunia. Dia menjadi anak yatim piatu, dan mampu mewujudkan harapan kedua orang tuanya untuk menjadi seorang sarjana. Namun demikian Allah lebih mencintainya. Iapun dipanggil begitu cepat mungkin untuk bertemu kedua orang tuanya di syurga.
"Sarjana ini adalah mimpi Agung, orang tua dan keluarga," ujar Junaidi dengan suara berat, saat moment penyerahan ijazah secara simbolis kepada bibinya yakni Mujiati.
Mujiati tak kuat menahan air mata. Demikian juga para peserta wisuda lain yang juga terliha beramai-ramai menyeka air mata mereka masing-masing. Muji terlihat berulang kali mengusap air mata dan menceritakan tekadnya untuk sampai ke acara wisuda di Ballroom Hotel Labersa.
"Kemarin agak berat hadir untuk datang saat yudisium dan wisuda. Tapi setelah ada dukungan keluarga akhirnya datang ikut acara yudisium dan wisuda," kata Muji.
Muji mengatakan gelar sarjana Kehutanan adalah cita-cita Agung. Apalagi sejak ayah dan ibunya telah tiada.
"Ini adalah mimpi Agung setelah kedua orang tuanya mendahului. Mimpi sudah lama," kata Mujiati.
Sebagai penghargaan terakhir kepada Agung, Rektor langsung memimpin dan menyerahkan ijazah dengan predikat kelulusan sangat memuaskan. Rektor menyebut Agung adalah sosok yang bergaul dan akrab dengan mahasiswa di kampus tersebut.
"Agung adalah anak yang baik, mudah berkawan dan bagus dalam studi. Agung meninggal setelah ujian skripsi, karena sakit. Keputusan fakultas bahwa Agung tetap dapat menyandang gelar sarjana karena telah memenuhi dan menyelesaikan persyaratan," terang Dekan Fakultas Kehutanan, Ir Emmy Sadjati.