TendaBesar.Id - Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memutuskan untuk tidak mendukung Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta membawa dampak signifikan. Keputusan ini dirasakan PKS, terutama dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Jabar) 2024, di mana elektabilitas partai tersebut menurun drastis.
PKS kini menghadapi tantangan besar, karena elektabilitasnya merosot menjelang Pilkada serentak 2024. Salah satu dampaknya terlihat pada Ahmad Syaikhu, yang mencalonkan diri sebagai gubernur Jabar bersama Ilham Akbar Habibie. Keduanya terancam mengalami kekalahan.
Penurunan elektabilitas PKS diduga akibat "tulah" dari pendukung Anies Baswedan, yang disebut "Anak Abah". Kekecewaan para pendukung Anies muncul karena PKS memutuskan tidak mengusung Anies dalam Pilkada Jakarta 2024. Kekecewaan ini merambat hingga ke berbagai daerah, termasuk Jawa Barat, yang menjadi basis dukungan PKS.
Hasil Survei
Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia, elektabilitas PKS hanya mencapai 9,6 persen. Padahal, pada survei Juli 2024, PKS memperoleh 13,2 persen. Dalam kurun waktu dua bulan, PKS kehilangan dukungan sebesar 3,6 persen.
Sementara itu, elektabilitas pasangan calon (paslon) Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie yang diusung PKS bersama koalisi NasDem dan PPP, tidak termasuk yang tertinggi. Paslon ini hanya berada di posisi kedua setelah Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, yang diusung oleh 14 partai, termasuk Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, dan PSI.
Berikut hasil survei elektabilitas paslon di Pilkada Jabar 2024:
Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan: 77,81 persen
Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie: 10,98 persen
Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina: 2,24 persen
Jeje Wiradinata-Ronald Surapradja: 2,24 persen
Tidak tahu/tidak jawab: 6,73 persen
Survei ini dilakukan pada 2-8 September 2024 dengan melibatkan 1.200 responden melalui metode simple random sampling. Margin of error survei sekitar ±2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menjelaskan bahwa penurunan elektabilitas PKS berhubungan erat dengan potensi kekalahan pasangan Syaikhu-Ilham. Burhan juga menambahkan bahwa tren penurunan elektabilitas PKS disebabkan oleh kekecewaan para pendukung Anies, yang merasa PKS telah mengkhianati mereka karena tidak mendukung Anies di Pilkada Jakarta.
"Dibanding survei bulan Juli, basis pemilih PKS menurun dari 13 persen ke 9,6 persen di bulan September. Nah ini lagi-lagi menimbulkan pertanyaan berkaitan Apakah ada semacam kemarahan temporer ya terutama dari pendukung Anies Baswedan terhadap PKS karena sebelumnya 13 persen lebih itu pemilih PKS di Jawa Barat ya. Sekarang ada tren penurunan." tutur Burhan saat merilis survei seputar Pilkada Jabar 2024, pada Kamis (12/9/3034).
"Nah kalau misalnya basis pemilih PKS-nya turun itu kan mengurangi potensi buat Syaikhu untuk untuk mengembangkan pangsa pasarnya," lanjutnya.
PKS memang memiliki kedekatan dengan Anies Baswedan, terutama sejak Pilkada Jakarta 2017 dan Pilpres 2024, di mana keduanya saling mendukung. Kedekatan ini diperkuat oleh corak Anies yang dianggap mencerminkan nilai-nilai Islam modern, mirip dengan citra PKS.
Namun, keputusan PKS untuk tidak lagi mendukung Anies di Pilkada Jakarta 2024 telah mengecewakan para pendukung Anies, yang sering disebut "Anak Abah," termasuk yang berada di Jawa Barat. Kekecewaan ini membuat dukungan mereka terhadap PKS menurun.
Pada awalnya, PKS sempat mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Namun, seiring dengan dinamika politik yang berkembang, PKS akhirnya memilih untuk mengubah haluan. Partai yang kini identik dengan warna oranye tersebut memutuskan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, mengusung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur dan kader senior PKS, Suswono, sebagai calon wakil gubernur.
"Kemarin sempat muncul nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur yang pertama kali dilontarkan oleh PKS di Jakarta. Kemudian PKS dalam konteks Pilkada Jakarta itu berkoalisi dengan KIM (Koalisi Indonesia Maju) mengusung pasangan Ridwan Kamil dan suswono." ungkap Burhan.
"Nah kalau Teori ini benar bahwa pendukung Anies Baswedan masih tanda kutip ngambek karena merasa diprank oleh PKS karena junjungannya gagal mencalonkan diri, Maka kalau teori itu benar ada keengganan dari sebagian pendukung Anies untuk memilih Ahmad Syaikhu dan Ilham Akbar Habibie," papar pengamat kawakan itu.
Namun, kata Burhanuddin, analisis itu masih harus diuji. Sebab waktu survei sangat dekat dengan batas akhir pendaftaran Pilkada, di mana kekecewaan Anak Abah masih tinggi.
"Apakah ngambeknya itu ngambek permanen atau ngambek temporer. Karena kan kejadiannya baru berlangsung kita turun ketika pendukung Anies lagi marah nih merasa diprank," terangnya.
Tags
Berita